Posted on

tak terkontrol


Tembok-tembok kota penuh coretan dan gambar. Seakan mengabsahkan dinamika under-ground orang kota. Nyaris tidak ada kekuatan politik yang bisa mengontrol trend ini. Kota semegah New York, Berlin, Paris, Roma, Sanghai, tidak luput dari bersih dari coretan-coretan. Isinya, semacam makian, ejekan, seruan, peringatan, sampai gambar-gambar sensual. Intinya, penegasan eksistensi diri, suara under-ground.

Sebuah gambar kelamin pria (kontol) alias penis di tembok tempat warga buang sampah membantu kita memahami bahasa orang kampung. Kontol melambangkan apa? Bisa dipastikan yang penggambarnya laki-laki. Tapi apa maksudnya? Mungkin semacam umpatan, ungkapan rasa dongkol. Misalnya, ungkapan “tai laso nu”, “telangna amma nu” adalah umpatan kemarahan orang-orang kampung kepada anak atau pun tetangganya. Pada konteks tertentu, ungkapan itu adalah sapaan yang menunjukkan keakraban suatu komunitas.

About awiurbanist

urbanist-socialist, working for an urban poor movement

Leave a comment