Seni Perca – Arpillera

 Arpillera adalah seni merangkai atau menyulam kain perca (bekas) menjadi sebuah media ekspresi kepedihan sekaligus protes masyarakat akar rumput Chile pada masa pemerintahan rezim diktator Augusto Phinocet (1973-1990). Gambar-gambar yang tertuang di atas arpillera itu merupakan memori kolektif ibu-ibu rumah tangga, yang anak, suami, sanak familinya dipenjara, disiksa, bahkan dihilangkan paksa oleh Dinas Intelejen Chile. Sekitar 28.000 orang ditahan dan disiksa, beberapa di antaranya dinyatakan hilang pada masa kelam itu. Rekaman proses pengorganisasian arpilleras (pembuat arpillera) kemudian dipublikasi dalam bentuk film yang berjudul “Threads of Hope”.

Arpillera tidak saja efektif sebagai media protes. Lebih dari itu adalah menjadi media penggalangan dana perjuangan. Karya-karya arpillera yang diselundupkan keluar Chile dibeli oleh para aktivis di negara lain, terutama oleh kalangan pejuang HAM dan jamaah gereja di Eropa dan Amerika Serikat.

Seni perca – arpillerra pernah dipraktikkan di Aceh pasca gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Meskipun konteksnya berbeda, para survivor (orang-orang yang selamat) dari bencana menreplikasi seni perca itu sebagai media “trauma healing”, khususnya ibu rumah tangga, janda, dan remaja putri. Dengan pendampingan langsung aktivis perempuan Chile, para survivor menghasilkan puluhan karya yang kemudian dipamerkan di Museum Aceh tahun 2005.

Metode pengorganisaian arpillera ini kemudian dikembangkan di kota-kota jaringan rakyat miskin kota, termasuk di Makassar. Gambar di atas adalah beberapa contoh kreatif ibu-ibu KPRM – Komite Perjuangan Rakyat Miskin Kota tahun 2006. Ilustrasi tentang rumah, jaminan keamanan berusaha (becak) mendominasi karya mereka.